BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang masalah
Dalam
mengenal teori-teori bilangan ada tiga matematikawan yang memberikan kontribusi
besar dalam pengembangan teori bilangan yaitu Fermat, Wilson, dan Euler. Ketiga
matematikawan ini menciptakan teorema-teorema yang diberikan nama sesuai nama
mereka yaitu Teori Fermart, Teori Wilson dan Teori Euler.
Teorema
dan konsep terkait yang dikembangkan oleh tiga matematikawan ini memotivasi
kami sebagai mahasiswa untuk membuat makalah agar pembaca lebih mengenal bagaimana teori ini digunakan
dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Dengan mempelajari teorema ini juga, kita
bisa mengetahui apa sebenarnya teorema yang didedikasikan oleh Fermat, Wilson,
dan Euler serta bagaimana keterkaitan antara ketiga teorema ini. Untuk lebih
jelasnya akan dibahas pada makalah ini.
B.
Rumusan masalah
A.
Bagaimanakah
teorema dari Fermat, Wilson dan Euler ?
B.
Bagaimanakah
keterkaitan antara teorema dari Fermat, Wilson, dan Euler?
C.
Tujuan
A.
Untuk mengetahui
bagaimanakah teorema dari Fermat, Wilson dan Euler.
B.
Untuk mengetahui
bagaimanakah keterkaitan antara teorema dari Fermat, Wilson, dan Euler.
BAB II
KAJIAN TEORI
Teori Fermat,
Wilson Dan Euler
Teori Fermat, walaupun bukan suatu teorema besar,
pada tahun 1622 atau sekitar itu, Pierre de Fermat telah membuat suatu teorema
yang membuat dirinya sangat terkenal, yang saat ini dikenal dengan teorema
kecil Fermat dengan rumusan an + bn = cn dengan n>2 dan merupakan bilangan
asli. Fermat pertama kali menuliskannya pada sebuah buku perpustakaan dengan
mencoret-coret buku tersebut. Masalahnya, bukan itu yang membuat teorema kecil
Fermat begitu terkenal. Yang membuatnya terkenal adalah bahwa sampai saat ini
teorema Fermat belum dapat dibuktikan, padahal dalam bukunya beliau menuliskan
“saya bisa membuktikan dengan mudah, tetapi sayang pinggiran-pinggiran halaman
ini terlalu kecil untuk memuatnya”. Dalam “keputusasaan” karena tidak sanggup
membuktikan, banyak orang berpendapat bahwa sesungguhnya Fermat sendiri pun
tidak mampu membuktikannya.
A.
Teori Fermat
Menguji keprimaan suatu bilangan bulat n dengan cara
membaginya dengan sejumlah bilangan prima yang
tentu kurang efektif untuk n yang besar,
karena kita harus menentukan terlebih dahulu semua bilangan prima yang lebih kecil dari
. Terdapat metode lain
yang dapat digunakan untuk menguji keprimaan suatu bilangan bulat yang dikenal
dengan nama teorema Fermat (biasanya disebut dengan Fermat’s little theorem).
Sebelum teorema Fermat dijelaskan, teorema berikut perlu
diperhatikan.
Teorema 1
Jika
(a,m)=1 maka sisaan terkecil suatu mod m barisan:
a,
2a, 3a,..., (m-1)a adalah suatu permutasi dari 1,2,3,...,(m-1)
|
Dengan perkataan lain, berdasarkan teorema 1 dapat
dikatakan bahwa jika (a,m)=1 maka himpunaniap bilangan bulat akan kongruen
modulo m dengan tepat satu dari 0, a, 2a,..., (m-1)a. Perlu diingat bahwa himpunaniap
bilangan bulat akan kongruen modulo m dengan tepat satu dari 0,1,2,3,...,
(m-1).
Bukti:
Perhatikan
barisan bilangan: a, 2a, 3a, ..., (m-1)a ...(*)
Bilangan pada
barisan (*) tidak ada satu pun yang kongruen modulo m dengan
0 (nol).
Selanjutnya, kita harus membuktikan bahwa bilangan dalam barisan (*)
masing-masing kongruen modulo m dengan tepat satu dari 1,2,3,..., (m-1).
Andaikan ada dua
suku dari barisan (*) yang kongruen modulo m, misalnya
ra
sa(mod m) dengan
. Karena (a,m)
1, maka kita dapat
menggunakan sifat penghapusan a dari kekongruenan itu, sehingga diperoleh
r
s(mod m). Tetapi, karena ra dan sa adalah
suku-suku dari barisan (*), maka
r dan s adalah sisaan
terkecil modulo m, sehingga r = s. Hal ini kontradiksi dengan pengandaian bahwa
, sehingga pengandaian
tersebut tidak benar. Jadi, tidak ada dua bilangan dari barisan (*) yang kongruen
modulo m. Ini berarti bahwa bilangan dalam barisan (*) masing-masing kongruen
modulo m dengan tepat satu dari 1, 2, 3,.., (m-1).
Teorema 2 (Teorema kecil Fermat)
Jika
p suatu bilangan prima dan (a,p) =1 untuk suatu bilangan bulat a, maka ap-1
1(mod p).
|
Teorema ini
dapat dinyatakan dengan cara lain, “jika p adalah bilangan prima dan a prima
relatif dengan p maka ap-1 – 1 dapat dibagi oleh p”.
Bukti:
Ambil sembarang
bilangan prima p dan bilangan bulat a sedemikian (a,p) =1. Menurut teorema 1,
sisaan terkecil mod p dari a, 2a, 3a, ..., (p-1)a adalah suatu permutasi dari
1, 2, 3, ...,(p-1) sehingga hasilkalinya akan kongruen mod p juga, yaitu
a.2a.3a....(p-1)a
(mod p).
Dengan demikian,
ap-1
(p-1)
(mod p)
ap-1(p-1)
(p-1)
(mod p).
Karena p dan (p-1)
saling prima, maka kita dapat menggunkan sifat penghapusan (p-1)
dari kekongruenan terakhir ini, sehingga
diperoleh
ap-1
1 (mod p), dimana ap-1
1 (mod p) bermakna sama
(ap-1
- 1).
Contoh 2.1:
Jika p=5 dan a=2
berarti (2,5)=1 maka ap-1
– 1 = 25-1 – 1= 24 – 1
= 16 – 1 = 15 dapat dibagi oleh p=5 atau dapat ditulis 16
1 (mod 5).
Teorema Fermat tersebut
diatas dapat dinyatakan secara lebih umum dengan menghilangkan syarat (a,p)=1
sebagai berikut.
Teorema 3
Jika
p suatu bilangan prima, maka ap
a(mod p) untuk himpunaniap bilangan bulat
a.
|
Bukti:
Ambil sembarang
bilangan prima p dan sembarang bilangan bulat a, maka (a,p)=1 atau (a,p)=p.
Jika (a,p)=1, menurut teorema 2 diperoleh bahwa
ap-1
1(mod p). Selanjutnya, jika kedua ruas
dikalikan a, maka diperoleh
ap
a(mod p). Jika (a,p)=p maka
a, sehingga a
0(mod p) dan
ap
0(mod p) pula. Jadi, ap
a(mod p).
Bukti alternatif
teorema 3 dapat digunakan dengan menggunakan induksi matematika pada a sebagai
berikut:
Jika a = 1, maka
pernyataan 1p
1(mod
p) jelas benar. Demikian pula jika diambil a=0, pernyataan pun benar.
Selanjutnya, diasumsikan bahwa pernyataan kekongruenan ap
a(mod
p) benar untuk suatu bilangan bulat positif a. Kemudian, harus ditunjukkan
bahwa untuk a+1, yaitu (a+)p
(a+)(mod
p) juga benar. Hal ini ditunjukkan sebagai berikut. Menurut teorema binom,
(a+)p = ap
+
ap-1 +
ap-2 + ... +
ap-k + ... +
a+1 (**)
Selanjutnya,
=
=
, dan
k
= p(p-1)(p-2)...(p-k+1)
0 (mod p). Ini berarti
k
atau
. Tetapi,
k
yang berarti
j untuk suatu j yang
memenuhi
. Hal ini tidak
mungkin. Jadi, haruslah
atau
0 (mod p) untuk
. Ini berarti koefisien
untuk ap-k pada persamaan (**) semuanya kelimpatan p, sehingga
diperoleh
(a+1)p
(a+1)p (mod p)
ap (mod p) + 1 (mod p)
a (mod p) + 1 (mod p)
(a+1) (mod p).
Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa, jika p suatu bilangan prima, maka
ap
a (mod p) untuk himpunaniap bilangan bulat a.
Selanjutnya, jika a
suatu bilangan bulat negatif, bukan lagi menjadi persoalan, sebab untuk himpunaniap
bilangan bulat negatif a berlaku bahwa a
r(mod p) dengan
. Jadi, ap
rp(mod p)
r(mod p)
a(mod p).
Contoh 3.1:
Ambil a=8 dan p=3,
(a,p)=1 atau p – a. Dengan demikian, diperoleh
ap-1 = 83-1
= 82 = 64. Tetapi, 64
1(mod 3) (sesuai dengan teorema 2). Menurut
teorema 3, 83 = 512 dan 512
8(mod 3).
Teorema Fermat
mempunyai banyak kegunaan khususnya dalam mengembangkan teori bilangan. Salah
satu kegunaan teori Fermat dijelaskan dalam contoh berikut.
Contoh 3.2:
Menurut teori Fermat, 510
1(mod 11), yaitu dari hasil ap-1
1(mod p). Untuk a=5 dan p=1, (a,p) = 1.
Selanjutnya, 538 = 5(10)(3)+8 = (510)3(52)4,
sehingga
538
(1)3(3)4(mod 11)
81(mod 11)
4(mod 11)
Jadi, 538
dibagi 11 bersisa 4.
Kontraposisi dari teorema 3 juga benar, yaitu jika untuk suatu
bilangan bulat a, dengan ap
a(mod p) maka p bukan bilangan prima. Jadi,
teori Fermat dapat pula digunakan untuk menguji apakah suatu bilangan bulat
merupakan bilangan komposit atau bilangan prima.
Contoh 3.4:
Apakah 117 suatu
bilangan prima atau komposit?
Penyelesaian:
Misalkan kita mengambil
bilangan bulat a=2 (boleh a bilangan lain). Kita akan memeriksa kebenaran 2117
= 27(16)+5 x 25, dan 27 = 128
11(mod 117), sehingga 2117
(116 x 25)(mod 117)
1218 x 25(mod 117)
48 x 25(mod 117)
221(mod 117)
(27)3(mod 117)
113(mod 117)
121 x 11(mod 117)
4 x 11(mod 117)
44(mod 117)
Jadi, diperoleh 2117
44(mod 117), dan ini berarti 2117
2(mod 117). Dengan demikian, 117 bukan
bilangan prima tetapi bilangan komposit. Kenyataan memang 117 = 13 x 9.
Teorema 4
Misalkan
p dan q adalah dua bilangan prima yang tidak sama. Jika
ap
a(mod q) dan aq
a(mod p), maka apq
a(mod pq).
|
Bukti:
Menurut teorema 3, (ap)q
aq(mod p) sebab p suatu bilangan
prima. Selanjutnya, karena diketahui aq
a(mod p) maka kekongruenan tersebut menjadi (aq)p
a (mod p) ini berarti bahwa p (apq - a). Menurut teorema 3 lagi,
(ap)q
aq(mod q) sebab q suatu bilangan
prima. Selanjutnya karena diketahui bahwa ap
a(mod q) maka kekongruenan tersebut menjadi:
apq
a(mod q). Ini berarti q (apq - a). Menurut teorema
terdahulu, jika
p (apq - a)
dan q (apq - a) serta (p,q)
= 1 maka pq (apq - a),
akibatnya
apq
a(mod pq).
Teorema 4 menunjukkan
bahwa kebalikan pernyataan teori Fermat (teori 2) tidak benar yakni, jika
hubungan an-1 = 1(mod n) untuk suatu bilangan bulat a, maka n tidak
perlu suatu bilangan prima.
Contoh 4.1:
Tunjukkanlah bahwa 2340
1(mod 341).
Penyelesaian:
Perhatikan bahwa 341 =
31 x 11 dan 210 = 1024 = 31 x 33 + 1.
Dengan demikian, 210
1(mod 31). Selanjutnya, 211 = 2 x 210
2(mod 31) dan 210 = 1024 = 31 x 3 x
11 + 1, sehingga 210
1(mod 11). Jika kedua ruas dipangkatkan dengan
3 maka 230
1(mod 11)
231
2(mod 11). Menurut teorema 4, 211
2(mod 31) dan 231
2(mod 11).
Karena 11 dan 31
bilangan prima maka (211)31
2(mod 11 x 31), sehingga
2341
2(mod 341). Jika kedua ruas dibagi 2,
diperoleh 2340
1(mod 341).
Contoh 4.2:
Berapa sisa jika 2050
dibagi 7?
Penyelesaian:
Diketahui 20
-1(mod 7), sehingga 2050
(-1) 50(mod 7) atau
2050
1(mod 7). Jadi, 2050 dibagi 7
bersisa 1.
Contoh
4.3:
Berapa sisa jika 319 dibagi
14?
Penyelesaian:
319 (mod 14)
33
x 6 + 1 (mod 14)
(33)
6.31(mod 14)
((27) 6 x 3)(mod 14)
(2
x 14 - 1) 6 x 31 (mod 14)
(-1) 6 x 31 (mod 14)
3(mod 14)
Jadi, 319
3
(mod 14), sehingga sisa pembagian 319 oleh14 adalah 3.
Contoh
4.4:
Berapa sisa jika 31990 dibagi
41?
Penyelesaian:
31990 (mod 41)
34
x 497 + 2 (mod 41)
((34)
497 x 32)(mod 41)
((81) 497 x 32 ) (mod
41)
((2
x 41 - 1) 497 x 32)(mod 41)
((-1)
497 x 9)(mod 41)
(-9)(mod
41)
(41-9)(mod 41)
32(mod 41)
Jadi, sisa pembagian 31990 jika
dibagi 41 adalah 32.
Dalam
sejarah matematika, minat terhadap bilangan berbentuk 2n – 2 sudah
lama ada. Bilangan berbentuk 2n – 2 ditemukan oleh matematikawan
Cina dan menyatakan bahwa n suatu bilangan prima jika n (2n – 2),
dan kenyataannya kriteria ini benar untuk semua bilangan prima n<340. Contoh
4.1 meruntuhkan pernyataan ini. Kita memperoleh fakta bahwa
341 (2341 – 2),walaupun 341 bukan
bilangan prima. Suatu bilangan komposit m yang memenuhi m (2m – 2) dinamakan bilangan prima
semu. Beberapa diantara bilangan prima semu adalah 341, 561, 645 dan 1105.
B. Teori Wilson
Dalam buku yang dipublikasikan tahun 1770, seorang
matematikawan Inggris Edward Waring menyatakan bahwa muridnya menemukan bahwa
(p-1)!+1
habis dibagi oleh p berapapun p yang merupakan bilangan prima. Namun, tidak ada
dari keduanya yang mampu membuktikannya. Tahun 1771, Joseph Lagrange
membuktikan teorema ini, yang selanjutnya dikenal sebagai teorema Wilson.
Teorema Wilson adalah salah satu
teorema yang menggambarkan sifat dari bilangan prima. Menurut teorema
wilson,
adalah
bilangan prima jika
membagi
. Begitu
pula sebaliknya suatu bilngan
yang
membagi
maka
bilangan tersebut adalah prima.
Secara formal teorema Wilson ditulis
sebagai berikut:
Teorema Wilson
Bilangan bulat
adalah prima jika dan
hanya jika
|
Bukti: Karena
teorema ini berbentuk bi-implikasi, kita harus membuktikannya secara dua arah:
ü Diberikan bilangan prima
maka
dapat dibentuk himpunan bilangan
yang
merupakan grup atas perkalian modulo
.
Karena
grup
maka himpunaniap elemen
mempunyai
elemen invers a-1
G aa-1
1(mod p). Jika
maka:
.
atau
Diperoleh nilai
atau
. Dengan
kata lain hanya 1 dan
yang
merupakan invers terhadap dirinya sendiri sedangkan elemen lainnya pada
mempunyai
invers yang berbeda. Itu berate himpunaniap elemen di
berbentuk
pasangan
dengan
kecuali
untuk 1 dan
. Jika
semua elemen
dikalikan,
diperoleh
ü Diketahui
andaikan
kompositetidak
prima maka
mempunyai
faktor prima
dengan
. Itu
berarti
membagi
dan
juga membagi
, Jelas
itu suatu mustahil. Dengan kata lain
adalah
hal yang mustahil jika
tidak
prima.
Contoh soal:
1.
Berapakah sisa
jika dibagi
?
Jawab:
Dengan teorema Wilson didapat
2. Tentukan sisa pembagian (7-1)!
dibagi 7.
Jawab:
(7-1)! = 6! = 1.2.3.4.5.6.
Selain
1 dan 6, maka kita akan menyusun pasangan-pasangan yang merupakan invers
modulo.
,
Oleh karenanya, kita lakukan grouping sebagai
berikut: 6! = 1.(2.4).(3.5).6 Jadi,
.
Selain mod 7, kalian juga bisa coba misalnya dengan modulo
yang lain, misalnya modulo 11.
Teorema Euler adalah Teorema dasar aritmatika yang
menyatakan bahwa himpunan bilangan bulat positif N dapat difaktorkan ke dalam
bentuk N = p1q1,p2q2, ...pnqn, dimana pi adalah bilangan prima yang berbeda,
dan qi adalah bilangan bulat positif. Berapa banyak bilangan bulat 1 ≤ k ≤ N
yang ada sehingga
gcd
(k, N) = 1? Hal ini tampaknya sulit untuk menghitung secara langsung, jadi
alih-alih, mempertimbangkan bilangan bulat 1 ≤ k ≤ N sedemikian rupa sehingga
gcd (k, N) ≠ 1 (k adalah bilangan bulat habis dibagi pi untuk beberapa i). Dari
bilangan bulat kurang dari N, NP1 dari mereka adalah kelipatan p1. Demikian
pula, NP2 dari bilangan bulat kurang dari N merupakan kelipatan dari p2.
Namun, kami telah menyertakan kelipatan p1p2 di kedua
perangkat ini, sehingga pendataan ganda. Prinsip Inklusi dan Pengecualian (PIE)
adalah suatu metode untuk menghitung jumlah elemen dalam himpunan tumpang
tindih. Untuk i = 1 sampai n, biarkan Pi adalah himpunan bilangan bulat kecil
dari atau sama dengan N yang merupakan kelipatan dari pi. Kemudian jumlah
bilangan bulat yang merupakan kelipatan dari pi | Pi | = NPI. Jumlah bilangan
bulat yang merupakan kelipatan dari pipj adalah | Pi ∩ Pj | = Npipj.
Hal ini berlaku secara umum: untuk himpunaniap bagian S dari
{1,2, ..., n}, jumlah bilangan bulat yang merupakan kelipatan dari Πs ∈ Sps ini | ⋂ s ∈ SPs | = NΠs ∈ Sps.Kemudian, himpunan bilangan
yang memenuhi gcd (k, N) = 1 adalah persis himpunan bilangan yang bukan
kelipatan dari himpunaniap pi, maka tidak di salah satu himpunan Pi. Dengan
Prinsip Inklusi dan Pengecualian, Jumlah bilangan bulat kecil daripada N yang koprima
ke N adalah Euler phi fungsi φ (N).
Euler Teorema: Jika gcd (a, N) =
1, maka
≡
1 (mod N).
|
Bukti:
Misalkan
S adalah himpunan bilangan bulat yang koprima N. Maka aS adalah himpunan
(mungkin diulang) bilangan bulat dari bentuk {sebagai: s ∈ S} diambil modulo N. Pertama, kami
menunjukkan bahwa tidak ada pengulangan. Jika ada ulangan, yaitu, ASI ≡ ASJ
(mod N), maka modulo aritmatika properti H menyiratkan si ≡ sj (mod N). Tapi
karena himpunaniap elemen dalam S lebih kecil dari N, hal ini tidak mungkin.
Kedua, kami menunjukkan bahwa aS terkandung dalam S. Hal ini benar karena
diberikan s unsur S, 1 ≤ gcd (s, N) ≤ gcd (a, N) × gcd (s, N) = 1 × 1 = 1 ,
sehingga gcd (s, N) = 1 yang menunjukkan bahwa s unsur S. Karena aS adalah
seperangkat φ (N) elemen yang berbeda yang terkandung dalam S, yang juga satu himpunan
φ (N) unsur yang berbeda, sehingga perangkat ini adalah sama modulo N.
Sejak himpunan berisi persis sama
elemen modulo N, produk dari semua unsur aS sama dengan produk dari semua
elemen S modulo N. Oleh karena itu,
as1 ⋅ ⋅ ... ⋅ as2 asφ (N) ≡ s1 s2 ⋅ ⋅ ⋅ ... sφ (N) (modN). Sejak s1 s2 ⋅ ⋅ ⋅ ... sφ (N) adalah koprima ke N, maka dari Modulo Aritmatika Properti H yang:
as1 ⋅ ⋅ ... ⋅ as2 asφ (N) ≡ s1 s2 ⋅ ⋅ ⋅ ... sφ (N) (modN). Sejak s1 s2 ⋅ ⋅ ⋅ ... sφ (N) adalah koprima ke N, maka dari Modulo Aritmatika Properti H yang:
aφ (N) ≡ 1 (mod N).
Catatan: Himpunan S juga disebut
sistem residu modulo N. Berkurang Bekerja
Contoh
1. Apa unit digit dari 9753?
1. Apa unit digit dari 9753?
Solusi:
Menemukan unit digit nomor adalah himpunan dengan bekerja
modulo 10. Dengan teorema Euler, kita hanya perlu menentukan nilai eksponen
753
Modulo φ (10) = 10 × (1-12) × (1-15) = 4. Kita hanya perlu menentukan nilai
eksponen 53 Modulo φ (4) = 4 × (1-12) = 2. Kemudian
537539753
≡ 137.193 131 ≡ 3729 9 (mod 2) (mod 4)
(mod 10)
Catatan:
Pendekatan lain adalah untuk menyadari bahwa 9 N (mod10) adalah urutan
9,1,9,1,9,1, ... yang memiliki periode 2. Karena paritas (kesamaan nilai)
eksponen aneh, ini berarti digit terakhir adalah 9.
2. [Fermat Little Teorema]
Jika p adalah prima dan integer, menunjukkan bahwa ap ≡ a (mod p).
Solusi:
Perhatikan bahwa jika p adalah prima, maka φ (p) = p ×
(1-1p) = p-1. Oleh karena itu, oleh teorema euler, jika gcd (a, p) = 1,
maka ap-1 ≡ 1 (mod p) ⇒ ap ≡ a (mod p). Bagaimana nilai-nilai sedemikian rupa
sehingga gcd (a, p) ≠ 1? Dalam hal ini, akan menjadi kelipatan p, jadi ap ≡ 0p 0 ≡ a (mod p).
3. Tunjukkan bahwa jika n adalah
bilangan bulat ganjil, maka n membagi 2n! -1
Solusi:
Teorema Euler
Himpunan tiap
bilangan bulat
dan
bilangan
bulat positif yang koprima ke
maka
|
Perhatikan jika
prima maka
, teorema euler berubah menjadi teorema kecil fermat.
Dengan demikian kita bisa menganggap teorema euler sebagai generalisasi teorema
kecil fermat
Dalam teori bilangan, teorema Euler (juga dikenal sebagai teorema Fermat-Euler) yang menyatakan bahwa jika n adalah bilangan bulat positif, dan a adalah prima relatif, maka aφ(n) =1(mod n) dimana φ(n) melambangkan fungsi phi Euler.
Dalam teori bilangan, teorema Euler (juga dikenal sebagai teorema Fermat-Euler) yang menyatakan bahwa jika n adalah bilangan bulat positif, dan a adalah prima relatif, maka aφ(n) =1(mod n) dimana φ(n) melambangkan fungsi phi Euler.
Contoh
ü
1, 2, 4, 5, 7, 8 adalah sistem
residu tereduksi modulo 9.
Jumlah bilangannya harus 6 yaitu 1,2,4,5,7,8 Perhatikan juga bahwa bilangan-bilangan itu harus koprima dengan 9, dan mempunyai kelas sisa yang berbeda satu sama lain.
Jumlah bilangannya harus 6 yaitu 1,2,4,5,7,8 Perhatikan juga bahwa bilangan-bilangan itu harus koprima dengan 9, dan mempunyai kelas sisa yang berbeda satu sama lain.
ü -5, 7, 14, 19, 29, 35 adalah sistem residu tereduksi modulo 9.
Perhatikan bahwa semua bilangannya koprima dengan 9.
Tiap bilangan juga memiliki kelas sisa yang berbeda:
-5=4(mod 9) =7(mod9)
14= 5(mod 9)
19=1(mod 9)
29=2(mod 9)
35=8(mod 9)
Perhatikan bahwa semua bilangannya koprima dengan 9.
Tiap bilangan juga memiliki kelas sisa yang berbeda:
-5=4(mod 9) =7(mod9)
14= 5(mod 9)
19=1(mod 9)
29=2(mod 9)
35=8(mod 9)
Jika ada
adalah sistem residu yang tereduksi
modulo n,
dan a adalah integer positif dimana , maka: juga merupakan sistem residu yang tereduksi modulo n.
dan a adalah integer positif dimana , maka: juga merupakan sistem residu yang tereduksi modulo n.
Bukti
Karena
juga merupakan sistem residu tereduksi
modulo n, maka tentunya sisa residu positif dari
adalah dalam urutan tertentu (acak). Dengan mengalikan elemen-elemen tersebut, kita dapatka:
Karena , maka
Karena , maka
Untuk
positif integer dan
adalah integer dimana
, maka:
Perhatikan apabila
adalah bilangan prima (
), maka
FLT berlaku:
Konsep yang melandasi bukti teorema
euler adalah sistem residu yang
tereduksi.
Sistem Residu yang tereduksi (reduced residue
system) modulo
adalah kumpulan
bilangan integer yang totatif (koprima) dengan
dan tidak ada 2 integer yang mempunyai kelas
sisa yang sama.
Contoh 1
1, 2, 4, 5, 7, 8 adalah sistem residu tereduksi modulo 9.
Perhatikan bahwa . Jadi, jumlah bilangannya harus 6. .
Perhatikan juga bahwa bilangan-bilangan itu harus koprima dengan 9, dan mempunyai kelas sisa yang berbeda satu sama lain.
1, 2, 4, 5, 7, 8 adalah sistem residu tereduksi modulo 9.
Perhatikan bahwa . Jadi, jumlah bilangannya harus 6. .
Perhatikan juga bahwa bilangan-bilangan itu harus koprima dengan 9, dan mempunyai kelas sisa yang berbeda satu sama lain.
Contoh 2
-5, 7, 14, 19, 29, 35 adalah sistem residu tereduksi modulo 9.
Perhatikan bahwa semua bilangannya koprima dengan 9.
Tiap bilangan juga memiliki kelas sisa yang berbeda:
-5 4 (mod 9)____7 7 (mod 9)_____14 5 (mod 9)
19 1 (mod 9)____29 2 (mod 9)____35 8 (mod 9)
Contoh 3
1, 5, 7, 11, 13 BUKAN sistem residu tereduksi modulo 12, karena jumlah bilangannya ada 5, padahal
-5, 7, 14, 19, 29, 35 adalah sistem residu tereduksi modulo 9.
Perhatikan bahwa semua bilangannya koprima dengan 9.
Tiap bilangan juga memiliki kelas sisa yang berbeda:
-5 4 (mod 9)____7 7 (mod 9)_____14 5 (mod 9)
19 1 (mod 9)____29 2 (mod 9)____35 8 (mod 9)
Contoh 3
1, 5, 7, 11, 13 BUKAN sistem residu tereduksi modulo 12, karena jumlah bilangannya ada 5, padahal
Teorema
Jika
adalah sistem residu yang tereduksi modulo
,
dan adalah integer positif dimana , maka:
juga merupakan sistem
residu yang tereduksi modulo
.
|
-7, 11, 13, 17 BUKAN sistem residu tereduksi modulo 12, karena
-7 dan 17 memiliki kelas sisa yang sama.
-7 5 (mod 12). 17 5 (mod 12)_
Contoh 5
-7, 11, 13, 51 BUKAN sistem residu tereduksi modulo 12, karena 51 dan 12 bukan koprima.
Bukti:
(i) Bukti bahwa tiap elemen koprima dengan .
Karena dan , maka .
(ii) Bukti bahwa tiap dua elemen memiliki kelas sisa yang berbeda.
Asumsikan bahwa ada dua elemen, misalkan dan yang kongruen modulo . Karena , maka: Namun, kita tahu bahwa dan inkongruen (karena keduanya berasal dari sistem residu tereduksi). Oleh karenanya, kontradiksi dengan asumsi awal. Jadi, dan yanginkongruenmodulo .
Dari poin (i) dan (ii) dapat disimpulkan bahwa juga merupakan sistem residu yang tereduksi modulo .
(i) Bukti bahwa tiap elemen koprima dengan .
Karena dan , maka .
(ii) Bukti bahwa tiap dua elemen memiliki kelas sisa yang berbeda.
Asumsikan bahwa ada dua elemen, misalkan dan yang kongruen modulo . Karena , maka: Namun, kita tahu bahwa dan inkongruen (karena keduanya berasal dari sistem residu tereduksi). Oleh karenanya, kontradiksi dengan asumsi awal. Jadi, dan yanginkongruenmodulo .
Dari poin (i) dan (ii) dapat disimpulkan bahwa juga merupakan sistem residu yang tereduksi modulo .
Contoh 6
1, 3, 5, 7 merupakan
sistem residu tereduksi modulo 8.
Karena gcd( 3, 8 ) = 1, maka: 3, 9, 15, 21 juga merupakan sistem residu tereduksi modulo 8. Karena juga merupakan sistem residu tereduksi modulo , maka tentunya sisa residu positif dari adalah dalam urutan tertentu (acak). Dengan mengalikan elemen-elemen tersebut, kita dapatkan:
Karena gcd( 3, 8 ) = 1, maka: 3, 9, 15, 21 juga merupakan sistem residu tereduksi modulo 8. Karena juga merupakan sistem residu tereduksi modulo , maka tentunya sisa residu positif dari adalah dalam urutan tertentu (acak). Dengan mengalikan elemen-elemen tersebut, kita dapatkan:
Karena
, maka
TERBUKTI.
Contoh 7
Tentukan digit terakhir dari .
Tentukan digit terakhir dari .
Jawab:
Mencari digit terakhir sama seperti mencari sisanya juga dibagi 10.
Sesuai dengan teorema euler, maka:
Mencari digit terakhir sama seperti mencari sisanya juga dibagi 10.
Sesuai dengan teorema euler, maka:
Jadi, kita kelompokkan berdasarkan 4.
Digit terakhirnya adalah 1.
Contoh 8
Berapakah sisa pembagian jika dibagi .
Jawab:
Sesuai teorema Euler,
Berapakah sisa pembagian jika dibagi .
Jawab:
Sesuai teorema Euler,
Maka, kita kelompokkan berdasarkan
24.
Selanjutnya, gunakan cara biasa:
___________
Jadi, sisanya adalah 11.
Contoh 9
Tentukan solusi kongruensi dari .
Jawab:
Tentukan solusi kongruensi dari .
Jawab:
Teorema euler berguna untuk mencari invers modulo:
Berarti,
adalah
invers dari
modulo
.
Dengan demikian,
Contoh 10
Jika koprima dengan 32760, buktikan bahwa:
Jika koprima dengan 32760, buktikan bahwa:
Jawab:
Perhatikan bahwa
Teorema Euler menyatakan bahwa:
__, maka
__, maka
__, maka
__, maka
Karena 8, 9, 5, 7, dan 13 semuanya koprima, maka
Perhatikan bahwa
Teorema Euler menyatakan bahwa:
__, maka
__, maka
__, maka
__, maka
Karena 8, 9, 5, 7, dan 13 semuanya koprima, maka
Terbukti.
Contoh 11
Jika
dan
koprima, buktikan bahwa:
Jawab:
Menurut teorema Euler:
Menurut teorema Euler:
(i)
,maka
(ii) ,maka
Sesuai dengan sifat keterbagian,
(ii) ,maka
Sesuai dengan sifat keterbagian,
Terbukti.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Himpunanelah
kita mempelajari teorema-teorema di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Teorema
Fermat
(Teorema kecil Fermat)
Jika
p suatu bilangan prima dan (a,p) =1 untuk suatu bilangan bulat a, maka ap-1
1(mod p).
|
2. Teorema
Wilson
Teorema Wilson
Bilangan bulat
adalah prima jika dan
hanya jika
|
3.
Teorema Euler
Jika m merupakan
suatu bilangan bulat positif dan (a,m) = 1, maka
1 (mod m)
|
4. Antara
teorema Fermat, Wilson, dan Euler memiliki keterkaitan antara satu sama lain,
dimana teorema Wilson mengembangkan teorema Fermat, dan teorema Euler
mengembangkan 2 teorema yaitu teorema Fermat dan teorema Wilson.
B. Saran
Untuk lebih memahami materi mengenai teorema Fermat, Wilson, dan
Euler sebaiknya menggunakan berbagai referensi. Namun sebelum mempelajari
ketiga teorema ini maka terlebih dahulu kita harus mempelajari dan memahami
mengenai materi bilangan prima dan kekongruenan agar lebih memudahkan dalam
memahami teorema ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Arif
Muhammad, dkk. 2009. Pengenalan Teori Bilangan. Makassar: CV. Andira Karya
Mandiri
Anonim.
2012. Theorema Euler. Tersedia: http://odeittelkom.blogspot.com/2012/04/theorema-euler.html
Anonim.
2010. Theorema Terakhir Euler. Tersedia: http://mathmagics.wordpress.com/2010/02/06/teorema-terkahir-fermat/
Anonim.
2008. Theorema Terakhir Euler. Tersedia: https://ariaturns.wordpress.com/2008/09/13/teorema-terakhir-fermet/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar